Kata
motivasi digunakan untuk mendeskripsikan suatu dorongan,
kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Seseorang menggunakan
konsep motivasi untuk memberikan suatu kecendrungan umum yang mendorong ke arah
jenis tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, motivasi sering di pandang sebagai
karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Sejumlah orang termotivasi untuk
berprestasi, sebagian yang lain termotivasi untuk bergaul dengan orang lain dan
mereka menyatakan motivasi ini dalam berbagai cara yang berbeda. Motivasi
sebagai suatu karakteristik yang stabil merupakan konsep yang agak berbeda dari
motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik dalam situasi tertentu.
Misalnya, seseorang dapat termotivasi untuk makan apabila telah cukup lapar (motivasi situsional), namun sejumlah
orang umumnya lebih tertarik pada makanan daripada yang lain (motivasi sebagai
suatu karakteristik pribadi atau motivasi
kepribadian). Hal ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa motivasi situsional dan motivasi kepribadian tidak
berhubungan. Motivasi sebagai suatu karakteristik pribadi (motivasi kepribadian) sebagian besar
merupakan hasil dari sejarah seseorang (motivasi
situsional).
Motivasi
dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan
yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai
motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Motivasi
ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi Intrinsik.
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi Ekstrinsik.
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Dalam
teori pembelajaran perilaku (Skinner dan pakar lain), motivasi adalah konsekuensi dari
penguatan. Namun, nilai penguatan (reinforcer) tersebut bergantung pada banyak
faktor, dan kekuatan motivasi mungkin saja berbeda antarsiswa. Teori motivasi yang paling terkenal adalah
hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow. Ia
membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri
manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan,
yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik
lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional),
sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan),
penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri
(pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri). Dalam
teori kebutuhan manusia Maslow, yang didasarkan pada hierarki kebutuhan orang
harus memuaskan kebutuhan mereka pada tingkat yang lebih rendah (defisiensi)
sebelum mereka termotivasi untuk mencoba memuaskan kebutuhan mereka pada
tingkat yang lebih tinggi (pertumbuhan).
Konsep Maslow tentang kebutuhan aktualisasi
diri, yaitu kebutuhan tertinggi,
didefinisikan sebagai keinginan untuk menjadi apa saja yang sanggup dicapai
seseorang.Teori atribusi berupaya memahami penjelasan manusia tentang keberhasilan atau kegagalan
mereka. Asumsi intinya ialah bahwa orang akan mencoba mempertahankan
citra diri yang positif; sehingga, ketika terjadi hal-hal yang baik,
orang menghubungkannya dengan kemampuan mereka sendiri, sedangkan
mereka cenderung menghubungkan peristiwa yang negatif dengan faktor di luar kendali mereka.
Fokus
kendali dapat bersifat internal (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upay atau kemampuan pribadi) atau eksternal
(keberhasilan atau kegagalan adalah akibat dari keberuntungan atau
kesulitan tugas). siswa yang merupakan pebelajar yang mengatur diri
sendiri berkinerja lebih baik daripada siswa yang termotivasi secara
eksternal.
Pembelajar
yang mengatur diri sendiri dengan sadar merencanakan dan memantau pembelajaran
mereka dan dengan demikian mengingat pelajaran lebih banyak. Teori
pengharapan berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk mencapai sesuatu
bergantung pada produk perkiraan orang itu tentang peluang keberhasilannya
dan nilai yang dia letakkan pada keberhasilan itu. Motivasi hendaknya
berada pada tingkat maksimum di tingkat probabilitas keberhasilan sedang.
Implikasi pendidikan yang penting ialah bahwa tugas pembelajaran hendaknya
tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.
Beberapa
siswa motivasinya berorientasi ke arah sasaran pembelajaran (Learning goal,
yang juga disebut sasaran tugas ata penguasaan) siswa lain berorientasi ke arah
sasaran kerja (Performance goal) (Brophy, 2005; Harackiewicz & Linnenbrink,
2005; Pintrich, 2000). Guru dapat menekankan pada sasaran
pembelajaran dan atribut atau pemberdayaan yang positif. siswa yang mempunyai
sasaran pembelajaran melihat maksud sekolah sebagai sarana untuk memperoleh
pengetahuan dan kompetensi; siswa ini cenderung memiliki motivasi yang lebih
tinggi untuk belajar daripada siswa yang mempunyai sasaran kinerja berupa
penilaian yang positif dan nilai yang baik.
Guru dapat
menggunakan program khusus seperti pelatihan atribut untuk
membantu siswa keluar dari ketidakberdayaan yang dipelajari di mana siswa
merasa bahwa merekasudah ditakdirkan untuk gagal, walaupun mereka bertindak.
Harapan guru sangat memengaruhi motivasi dan pencapaian siswa. guru
dapat mengomunikasikan
harapan yang positif bahwa siswa dapat belajar dan dapat mengambil langkah
untuk mengurangi kecemasan. Mengkomunikasi harapan positif penting bagi guru
mengkomunikasikan kepada siswa mereka harapan agar mereka dapat belajar (lihat
Badad, 1993). Jelas, menyatakan kebalikannya adalah gagasan yang buruk-bahwa
siswa tertentu tidak dapat belajar dan hanya sedikit guru akan melakukannya
secara eksplisit. Ada beberapa cara implisit cara guru mengkomunikasikan
harapan positif (atau menghindari harapan negative) tentang siswa mereka.
1.5 Cara Memotivasi Siswa Belajar
a) Menjelaskan tujuan belajar ke
peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang
guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya
kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c) Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d) Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e) Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah
diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f) Membangkitkan dorongan kepada anak
didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke
peserta didik.
g) Membentuk kebiasaan belajar yang
baik
h) Membantu kesulitan belajar anak
didik secara individual maupun kelompok
i)
Menggunakan metode yang bervariasi, dan
j)
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
2. Hubungan Motivasi dengan Taksonomi
Bloom
Taksonomi
Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali dibuat oleh Benjamin S.
Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan
hierarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1) Ranah Kognitif
Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali
konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan
berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah
kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang
menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah
sampai tertinggi yang dilambangkan dengan C (Cognitive) (Dalam
buku yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives.
Handbook 1 : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey
New York. Benyamin Bloom pada tahun 1956) yaitu:
a)
Pengetahuan (Knowledge).
b)
Pemahaman (Comprehension).
c)
Penerapan (Aplication)
d)
Penguraian (Analysis).
e)
Memadukan (Synthesis).
f)
Penilaian (Evaluation).
2) Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan
dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan
suatu obyek dlam kegiatan belajar mengajar.
Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono,
1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi
ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu :
a)
Penerimaan
(receiving/attending).
b)
Sambutan (responding).
c)
Penilaian (valuing).
d) Pengorganisasian (organization).
e)
Karakterisasi
(characterization)
3) Ranah Psikomotor
Ranah ini meliputi kompetensi melakukan
pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta kompetensi yang berkaitan
dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta
ekspresif dan interperatif.
Kategori yang termasuk dalam ranah ini adalah:
a) Kesiapan
(set)
b) Meniru
(imitation)
c) Membiasakan
(habitual)
d) Adaptasi
(adaption)
Jika
Taksonomi Bloom dihubungkan dengan motivasi belajar, motivasi yang lebih
signifikan dalam ranah kognitif adalah karena lebih murni dan tidak bergantung
pada dorongan orang lain dan motivasinya pun akan lama terbentuk. Sedangkan
motivasi yang signifikan digunakan dalam ranah afektif adalah motivasi
ekstrinsik dikarenakan aspek-aspek emosional sering kali timbul jika ada orang
lain yang memperhatikan. Motivasi yang baik dalam ranah psikomotor adalah
dengan penerapan pembelajaran praktikum. Menurut Hastuti (2013) kegiatan
praktikum sangat sesuai untuk memfasilitasi siswa belajar melalui pengalaman
langsung. Praktikum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan
gambaran dalam keadaan yang nyata tentang apa yang diperoleh dalam teori dan
terjadi kontak inderawi.
Pembelajaran individual merupakan suatu strategi
pembelajaran, hal ini dijelaskan oleh Rowntree (1974) dalam Sanjaya (2008 :
128) membagi strategi pembelajaran ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau
exposition-discovery leraning strategy dan strategi pembelajaran kelompok dan
strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning strategy.
Menurut Wina Sanjaya (2008:128) strategi pembelajaran
individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan
keberrhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang
bersangkutan. Bahan pembelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk
belajar sendiri. Pada strategi
pembelajaran individual ini siswa dituntut dapat belajar secara mandiri, tanpa
adanya kerjasama dengan orang lain. Sisi positif penggunaan strategi ini adalah
terbangunya rasa percaya diri siswa, siswa menjadi mandiri dalam melaksanakan
pembelajaran, siswa tidak memiliki ketergantungan pada orang lain. Namun di
sisi lain terdapat kelemahan strategi pembelajaran ini, diantaranya jika siswa
menemukan kendala dalam pembelajaran, minat dan perhatian siswa justru
dikhawatirkan berkurang karena kurangnya komunikasi belajar antar siswa,
sementara enggan beratanya kepada guru, tidak membiasakan siswa bekerjasama
dalam sebuah team.Sedangkan menurut Sudjana (2009 : 116) Pengajaran individual
merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri.
Menurut Sudjana,
Perbedaan-perbedaan individu dapat dilihat dari:
a) Perkembangan intelektual
b) Kemampuan berbahasa
c) Latar belakang pengalaman
d) Gaya belajar
e) Bakat dan minat
f)
Kepribadian
Pembelajaran individu berorientasi pada individu dan pengembangan
diri. Pendekatan ini memfokuskan pada proses dimana individu membangun dan
mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik. (Hamzah B. Uno, 2008 :
16).
Menurut Muhammad Ali (2000 : 94) strategi belajar mengajar
individual disamping memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan
pelajaran secara penuh. “mastery learning“ataubelajartuntas.
Strategi pengajaran yang menganut konsep belajar
tuntas, sangat mementingkan perhatian terhadap perbedaan individual. Atas dasar
ini sistem penyampaian pengajaran dilakukan dengan mengarah kepada siswa
belajar secara individual. Muhammad Ali (2000 : 99).
Menurut Hamzah B. Uno
(2008 : 18), ada beberapa model pembelajaran yang termasuk pada pendekatan
pembelajaran individual, diantaranya adalah model pembelajaran pengajaran tidak
langsung (non directive teaching), model pembelajaran pelatihan kesadaran
(awareness training), sinektik, sistem konseptual, dan model pembelajaran
pertemuan kelas (classroom meeting).
Berikut adalah model-model pembelajaran yang
lain :
·
Distance
learning (pembelajaran jarak jauh)
·
Resource-based
learning (pembelajaran langsung dari sumber)
·
Computer-based
training (pelatihan berbasis komputer)
·
Directed
private study (belajar secara privat langsung)
Keuntungan:
·
Pembelajaran
tidak dibatasi waktu
·
Siswa
dapat belajar secara tuntas
·
Perbedaan-perbedaan
yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan
·
Para
peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang
dapat mereka sesuaikan
·
Gaya-gaya
pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi
·
Hemat
untuk peserta dalam jumlah besar
·
Para
peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka
pelajari
·
Merupakan
proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif
Kelemahan:
·
Memerlukan
waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan
·
Motivasi
peserta mungkin sulit dipertahankan
·
Peran
instruktur perlu berubah
·
Keberhasilan
tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada tempat untuk siswa
bertanya
Menurut Wina Sanjaya
(2008 : 129) belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar
oleh orang atau beberapa orang guru. Bentuk pembelajarannya dapat berupa
kelompok besar atau pembelajaran klasikal, atau bisa juga siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan
belajar individual, setiap individu dianggap sama.Menurut Wina Sanjaya (2011 :
242) Pembelajaran kelompok merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang
berbeda (heterogen). Slavin dalam
Wina Sanjaya (2011 : 242) mengemukakan dua alasan pentingnya pembelajaran
kelompok digunakan dalam pendidikan, pertama beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat
meningkatkan harga diri. Kedua pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan
kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Depdiknas dalam Kokom Komalasari (2010 : 62)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran
melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.Bern dan Erickson dalam Kokom
Komalasari (2010 : 62) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan
stategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan
kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan definisi-definisi di atas,
strategi pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai salah satu
satrategi pembelajaran yang menuntut adanya kerjasama siswa dalam suatu
kelompok dengan mengembangkan kemampuan tiap individu serta memanfaatkan
berbagai faktor internal dan eksternal untuk memecahkan masalah tertentu
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai bersama.
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif,
yaitu:
1. Dapat
melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan
demokratis.
2. Dapat
mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
3. Dapat
mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan
sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
4. siswa
tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena
siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.
5. siswa
dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga
tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan
kelompoknya.
6. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang
dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi
dirinya.
Penggunaan
pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki
berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya
kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.
Thabrany (1993: 94) mengemukakan
kekurangan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif yaitu : a) Bisa menjadi tempat
mengobrol atau gosip
Kelemahan yang
senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat
mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan
dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu
berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b)
Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat
sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan
sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus
dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit mendiskusikan bab tertentu,
dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar
akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c)
Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota
kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu,
dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk
menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau
membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari
konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Model pembelajaran
kooperatif di samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan
apabila para anggota kelompok tidak menyadari makna kerjasama dalam
kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok
beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap
karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang
pelit artinya harus terbuka pada kawan”.
Kelebihan dan
kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi
mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam
penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut
sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi
kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan
mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.
Pengajaran individual yaitu suatu
pengajaran dimana siswa diberikan kesempatan kepada siswa kapan,mengenai apa ia
belajar,ia mengatur waktu,tempat,dan materi yang akan dipelajarinya.Siswa
belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing yang pandai belajar lebih cepat dan sebaliknya
yang lambat belajar tenang sesuai dengan kecepatannya tanpa terseret-seret oleh
siswa yang lebih pandai.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu pembelajaran
efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja
sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif,
belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.Unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, Interaksi tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota
kelompok, evaluasi proses kelompok.
Karakteristik pembelajaran
kooperatif yaitu siswa harus memiliki tujuan yang sama, rasa saling
menolong, saling bertukar pikiran, saling menghargai, saling membagi tugas, dan
dapat dipertanggung jawabkan secara kolompok.
Daftar Pustaka
Ali,Muhammad
.2000.Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung. Sinar Baru
Hamzah
B. Uno.2008. Model Pembelajaran .Jakarta.
Bumi Aksara
Komalasari,Kokom.2010.Pembelajaran Kontekstual.Bandung. Refika
Aditama
Sanjaya,Wina.2008.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik). Jakarta, PT.Indeks
Sudjana, Nana .2009. Teknologi Pengajaran
.Bandung . Sinar Baru